Sebelumnya saya minta maaf karena tak akan membahas apa, bagaimana, dan pertanyaan lainnya tentang program televisi dari Korea Selatan ini.Hati saya terlanjur berkeinginan untuk membahas tentang “isi hati anak”.
Mungkin kita sering merasa bahwa anak itu kosong, alias tidak memiliki emosi. Oh, bukan, mungkin kita nggak sama sekali menganggap seperti itu, tetapi kita sering menyangka anak tidak memiliki emosi sekaya orang dewasa. Dan tahukah sodara-sodara? Perkiraan itu salah besar!! Justru karena kesucian jiwanyalah yang membuat anak memiliki lebih banyak emosi lebih dari perkiraan kita.
Anak bisa merasakan sedih, senang, sebal, bosan marah, kecewa dengan sangat baik, lebih baik dari kita. Makanya, jika salah satu (atau lebih) emosi tersebut berkesan dalam hatinya, maka ia akan menghantui sepanjang kehidupannya. Tentu masing-masing dari kita pernah memiliki memori yang tidak bisa kita lupakan saat kita masih kanak-kanan bukan? Apa coba? Mengapa kita sangat mengingatnya meski telah berlalu sekian tahun? karena emosi yang kuat saat itu kita rasakan!
Saya bukan ahli psikologi memang, namun pengalaman masa kecil saya plus pengalaman menjadi instruktur sekolah rumah, ditambah referensi dari bacaan saya, saya bisa menyimpulkan hal tersebut.
Dan sekarang mari kita masuk pada intisari judul tulisan saya ini, Membuka Isi Hati Anak. Ini hanyalah contoh kisah sederhana untuk memahami apa yang saya kemukakan di awal. Kisahnya bermula dari seorang anak perempuan manis berusia 3 tahun yang menunjukkan emosi negatifnya; sedih, pendiam, dan menarik diri. Kemudian oleh personil MBLAQ yang bertugas menjadi ayahnya mendatangi konsultan anak untuk mengetahui isi hati Dayoung sebenarnya.
Bu guru (konsultan anak) tersebut mengajak Dayoung berbicara dari hati ke hati menggunakan peraga sebuah boneka dan potongan-potongan bentuk emosi seperti smile, sad, angry, dsb. Kemudian Bu guru menanyakan kepada Dayoung tentang persaannya saat mereka (Dayoung, Leo, Lauren, dan MBLAQ) bermain di kolam renang, Dayoung terlihat sedih. Kemudian Bu guru meminta Dayoung untuk memilih bentuk-bentuk emosi yang dirasakan Dayoung saat itu, Dayoung mengambil bentuk sad 2 buah kalau tidak salah, dan memasukkannya ke dalam perut boneka yang lebih besar.
Kemudian Dayoung ditanya lagi tentang alasan Dayoung merasa sedih, dan kepada Bu guru dia berkisah,
“Aku merasa sedih karena appa G.O. bermain air dengan Lauren, bukan denganku”
Juga ketika dinner Dayoung tidak mau makan apa-apa, kemudian menangis karena appa Mir menyuruhnya duduk di luar lingkaran sambil mendorong Dayoung menjauh dari meja.
“Aku sedih, dan kesal karena appa Mir mendorongku seperti ini, aku tidak mau makan karena aku sudah kenyang”
Heuu, mendengarkan pengakuan anak sekecil itu, saya menjadi semakin menyadari bahwa dalam dunia anak yang antah berantah itu, terdapat kepekaan emosi yang harus dijaga dan dipahami oleh orang dewasa.
Jogja, 7 Juni 2012
Sukmadanty